DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Jokowi dan Prabowo, Hubungan Unik dalam Politik Indonesia

image
Catatan Denny JA: Jokowi dan Prabowo, Hubungan Unik dalam Politik Indonesia (istimewa)

Kerusuhan ini dipicu oleh ketidakpuasan
sebagian pendukung
Prabowo yang menuduh adanya kecurangan dalam proses pemilihan. 

Protes ini berujung pada bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan di berbagai titik di Jakarta, khususnya di kawasan Tanah Abang dan Slipi.

Namun, di luar dugaan banyak pihak, sesuatu yang tak terbayangkan terjadi setelah Pilpres 2019. Jokowi, sebagai pemenang, justru mengundang Prabowo untuk masuk ke dalam kabinetnya. 

Baca Juga: Coronavirus and smoking: what does the WHO say?

Pada Oktober 2019, Prabowo dilantik sebagai Menteri Pertahanan. Langkah ini mengejutkan banyak pihak karena baru beberapa bulan sebelumnya, Prabowo merupakan lawan politik yang keras menantang kebijakan-kebijakan Jokowi. 

Namun, persaingan keras tersebut berubah menjadi kolaborasi yang solid di dalam pemerintahan.

-000-

Baca Juga: Pertemuan Zulhas dan Baznas, Diskusi Potensi Zakat dan Wakaf ke Ekonomi

Keputusan Jokowi mengajak Prabowo untuk bekerja sama dalam pemerintahan adalah contoh nyata dari konsep coopetition—gabungan dari competition dan cooperation. 

Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Raymond Noorda, CEO Novell, pada 1980-an dalam konteks bisnis. 

Coopetition menggambarkan situasi di mana dua pihak yang biasanya bersaing, memilih untuk bekerja sama demi kepentingan bersama.

Baca Juga: Resep Ayam Kemangi Pad Kra Pao Khas Thailand, Cocok untuk Hidangan Makan Malam

Dalam dunia bisnis, salah satu contoh terkenal dari coopetition adalah hubungan antara Apple dan Samsung. Kedua perusahaan bersaing ketat di pasar smartphone global, tetapi mereka juga saling bekerja sama. 

Halaman:
1
2
3
4
5

Berita Terkait