DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Memulai Tradisi Ikut Merayakan Hari Raya Agama Lain secara Sosial

image
Catatan Denny JA: Memulai Tradisi Ikut Merayakan Hari Raya Agama Lain secara Sosial (Istimewa)

Tradisi ikut merayakan hari raya agama lain adalah langkah maju dalam perjalanan ini. Ia mengajak kita untuk melampaui sekat-sekat eksklusivitas, menemukan titik temu dalam nilai-nilai universal yang menghubungkan kita sebagai manusia.

“Empati adalah bahasa universal. Saat kita merayakan kebahagiaan orang lain, kita sedang menciptakan dunia yang lebih damai.”

Esoterika, Forum Spiritualitas, yang saya dirikan bersama teman- teman mulai mentradisikan perayaan hari raya aneka agama secara lintas iman. 

Baca Juga: Meski Utamakan Penyerapan Beras Lokal, Bulog Tetap Lakukan Impor

Sejak dua tahun lalu (2022), forum ini secara sosial merayakan hari raya dan hari besar tak hanya Islam, Kristen, Budha, tapi juga Brahma Kumaris, Syiah, Ahmadiyah, KhongHuCu, dan Hari Rumi.

Aneka agama adalah simfoni peradaban; setiap keyakinan adalah melodi, dan hanya dengan mendengar semuanya, kita dapat memahami harmoni yang lebih besar.

"Aneka agama adalah mosaik cahaya di malam gelap; setiap keyakinan adalah satu lilin yang menerangi jalan. Ketika kita merayakan lintas iman, kita saling menyulut cahaya, menciptakan dunia yang lebih terang."

Baca Juga: Menkomdigi Meutya Hafid Instruksikan Penerapan Efisiensi dan Inovasi untuk Transformasi Digital

Jakarta 24 November 2024.***

CATATAN

(1) Penganut Non-Kristen merayakan Natal

Baca Juga: Satrio Arismunandar sebut Kecerdasan Buatan dalam Proses Belajar-mengajar di Sekolah Memang Menjanjikan

Natal Kini Dirayakan Juga oleh Non-Kristen, Mengapa? - Pewarta Indonesia

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7

Berita Terkait