DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Memulai Tradisi Ikut Merayakan Hari Raya Agama Lain secara Sosial

image
Catatan Denny JA: Memulai Tradisi Ikut Merayakan Hari Raya Agama Lain secara Sosial (Istimewa)

Pada Hari Raya Nyepi di Bali, Ireda dan Jasmin, turis asal Perth, Australia, mengalami keheningan total untuk pertama kalinya. 

Mereka menghabiskan hari dengan bersantai di hotel, menikmati ketenangan yang jarang ditemui. Ireda mencuci pakaian, sementara Jasmin menikmati tidur nyenyak tanpa gangguan. 

Meskipun awalnya tidak menyadari bahwa semua aktivitas akan berhenti, mereka menemukan kedamaian dalam keheningan tersebut. 

Baca Juga: Meski Utamakan Penyerapan Beras Lokal, Bulog Tetap Lakukan Impor

Pengalaman ini memberikan mereka perspektif baru tentang refleksi diri dan menghargai momen tenang. Ini menunjukkan bahwa tradisi Nyepi dapat memberikan makna mendalam bagi siapa saja, terlepas dari latar belakang agama. (3)

Waisak, perayaan umat Buddha, diikuti oleh ribuan pengunjung di Candi Borobudur, menciptakan suasana spiritual yang menginspirasi banyak orang tanpa memandang agama mereka.

-000-

Baca Juga: Menkomdigi Meutya Hafid Instruksikan Penerapan Efisiensi dan Inovasi untuk Transformasi Digital

Tiga Alasan Memulai Tradisi Merayakan Hari Raya Agama Lain

1. Membangun Empati Antariman

Merayakan hari raya agama lain membuka ruang bagi kita untuk memahami nilai-nilai yang mendasari agama tersebut. 

Baca Juga: Satrio Arismunandar sebut Kecerdasan Buatan dalam Proses Belajar-mengajar di Sekolah Memang Menjanjikan

Empati bukanlah sekadar teori; ia terbangun melalui pengalaman langsung. Saat kita ikut berbagi kebahagiaan atau refleksi dalam hari raya agama lain, kita melatih diri untuk melihat dunia dari sudut pandang mereka.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7

Berita Terkait