DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Sang Pemula, Serikat Dagang Islam

image
Puisi Esai Denny JA (istimewa)

Di sela malam yang sunyi, ia terjaga,
menyadari ketidakadilan bukan sekadar angka di pasar.

Di luar pasar,
bangsa ini juga disedot perlahan.
Lintah besar bernama penjajah,
bertahta di langit,
menghisapnya siang dan malam.

Dan pribumi?
Mereka tubuh lemah,
terkulai di tanahnya sendiri.

Baca Juga: BPH Migas Pastikan Stok BBM Aman Menjelang Libur Natal dan Tahun Baru 2025

Ekonomi adalah perahu rapuh,
koyak di tengah badai penjajahan,
yang semakin mengamuk,
semakin kemaruk.

“Apa gunanya layar yang kokoh, jika angin politik kolonial
selalu menyeret kita ke palung lautan yang dalam?”

Anwar selalu di sana,
di samping Haji Samanhudi.

Baca Juga: Kementerian Keuangan Tegaskan PPN Transaksi QRIS Ditanggung Pedagang, Bukan Konsumen

Di atas tanah yang terbelenggu,
bagi Anwar, nyala ini tak cukup mengusir kelam.

Kita butuh angin dari samudra,
gelombang besar yang membawa harapan,
dan mengguncang dasar takhta penjajah.

Samanhudi juga menyadari:

Baca Juga: Petani Kopi Temanggung Raih Keuntungan Berlipat Berkat Harga Tinggi dan Hasil Panen Melimpah

“Lidahku tak cukup panjang menjangkau hati rakyat yang terluka.

Halaman:
1
2
3
4
5

Berita Terkait