In Memoriam Usamah Hisyam: Menjalani Hidup Sebagai Penulis, Politikus, Pengusaha, Sekaligus Kiai
- Penulis : Imron Fauzi
- Senin, 22 Juli 2024 09:25 WIB

Dalam esai itu saya mengajak merenung. Apa yang terjadi? Di negara yang mengelu-elukan agama, kok malah korupsi tinggi? Populasi di negara yang menganggap agama tak lagi penting, kok malah korupsinya rendah?
Kami pun bicara di HP. “Wah bro, anda mengasuh pesantren ya. Jadi kiai anda sekarang?” ujar saya menggodanya. Uka tertawa: “Kita mengalir saja bro. Kita kan orang-orang yang fleksibel.”
Saat itu, Usamah menjadi Pengasuh Pesantren Tahfizhul Quran (PTQ) Pondok Bambu Parung, Bogor. Ia rutin berdakwah di sana.
Baca Juga: Podcast Meghan Markle Tidak Akan Dilanjutkan karena Kesepakatannya dengan Spotify Berakhir
Usamah juga ketua umum Parmusi (Persaudaraan Muslimin Indonesia). Sebelumnya ia anggota Dewan Penasehat PA 212.
-000-0
Uka adalah teman keluarga. Sejak tahun 1980-an, 40 tahun lalu, ketika masa SMA dan mahasiswa, ia sering tidur di rumah keluarga dari sisi istri. Ia bersahabat sangat dekat dengan adik ipar.
Baca Juga: Hadir pada Diskusi Satupena, Okky Madasari Sebut Penulis Harus Meramu Imajinasi dan Realita
Saya sendiri intens berkomunikasi dengan Uka, sejak tahun 2003. Saat itu hampir setiap saat kami berjumpa di rumah SBY di Cikeas. Bersama kami membantu SBY untuk menjadi presiden 2004-2009.
Itu era, sosok kiai Uka belum nampak. Ia masih muncul sebagai jurnalis. Ia menyelesaikan studi Ilmu Jurnalistik di Sekolah Tinggi Publisistik (STP). Sekarang sekolah itu dikenal sebagai Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) di Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Karir jurnalistiknya mulai menanjak ketika ia bekerja di majalah Popular, di bawah bimbingan Pemimpin Redaksi John Halmahera. Di sana, Usamah menulis profil artis dan artikel sepakbola.
Hidupnya mulai berubah ketika Uka berjumpa Surya Paloh pada tahun 1991. Surya Paloh sedang mengembangkan Kelompok Usaha Surya Persindo.